Sajajar.id – Banyak cara dilakukan oleh masyarakat di berbagai daerah untuk menyambut momentun tahun baru Islam 1 Muharam. seperti halnya dilakukan masyarakat Desa Kalijati , Kecamatan Jatisari, Karawang, yang memiliki tradisi bernama “Papahare”.
Kata Papahare diambil dari bahasa Sunda, jika diartikan dalam bahasa Indonesia Papahare adalah bareng – bareng atau bersama. Tradisi ini sebetulnya sangat lekat dengan masyarakat Jawa Barat. Istilah tradisi Papahare juga kerap digunakan dalam kegiatan “makan bersama “.

Tradisi itu kemudian menjadi sebuah kegiatan rutin mengawali awal bulan tahun baru Islam dengan tujuan sebagai ucap syukur dan lebih mendekatkan diri dengan Sang Khaliq. Selain itu sebagai ungkapan rasa syukur.
“Dalam pelaksanaannya, tradisi Papahare diadakan awal tahun baru Hijriyah .Dalam tradisi ini diantaranya melakukan makan bersama dengan keluarga, kerabat dan tetangga dan lebih luasnya dengan seluruh warga desa .Tujuannya untuk menyambung silaturahmi,” kata Sesepuh Desa , Sopianto , Selasa (11/9/2018).
Sesepuh Desa Kalijati menerangkan Tradisi Papahare selain mengadakan makan dan doa bersama, tradisi ini juga merupakan sebuah sarana dalam mempertahankan nilai toleransi, tenggang rasa, saling menghormati dan menjaga keharmonisan antar sesama.
Sementara penerus adat istiadat Sunda , Oo Nurohman mengatakan Tradisi Papahare dilestarikan secara turun temurun dalam masyarakat Sunda. Lantaran tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Sunda atas hasil panen yang berlimpah disambung dengan perayaan 1 Muharam 1440 Hujriah sebagai Tahun Baru Islam.
Secara umum tradisi ini memang dilakoni oleh Masyarakat Sunda, Jawa Barat. Khususnya masyarakat Kalijati , Jatisari, Karawang. Namun sebagai informasi, tradisi ini memiliki bentuk pelaksanaan yang berbeda-beda dari kota yang satu dengan kota lainnyta di di Jawa Barat. Perbedaan yang ada semasa sekali tidak mengurangi makna dan tujuan dari tadisi ini. Sebab pada prinsipnya, tradisi ini tetap memiliki kesamaan yakni berkumpulnya anggota keluarga untuk bersilaturahmi, mensyukuri hasil panen yang berlimpah dan makan bersama .
Tokoh muda Desa Kalijati ini mengatakan tradisi ini merupakan sebuah sarana dalam menjaga keharmonisan dan kedekatan yang ada di antara anggota keluarga. Ia juga menjelaskan tradisi yang hampir tidak pernah terlewatkan oleh masyarakat Jatisari sebetulnya sudah mulai dilupakan dibeberapa daerah di Karawang, namun sejak digalakkan kembali tradisi ini disambut masyarakat .
“Sambutan masyarakat terhadap tradisi ini, warga beramai-ramai membawa makanan dari rumah dan disajikan hingga sepanjang lima ratus meter menutup badan jalan,” pungkasnya.